NARATHIWAT-Sebuah
ledakan bom mengguncang bumi jihad Thailand, pasca sebuah perjanjian damai
ditandatangani. Enam orang cedera akibat ledakan bom yang diletakkan di sepeda
motor di Provinsi Narathiwat Thailand Selatan, Jumat (22/03/2013). Inikah tanda
bahwa perdamaian tidak akan mungkin terjadi di bumi jihad Thailand?
Ledakan itu terjadi
sehari setelah pemerintah Thailand setuju melakukan perundingan dengan Barisan Revolusi
Nasional (BRN), bagian dari kelompok-kelompok gerilyawan di selatan yang
berpenduduk mayoritas Muslim dan mana pemberontakan (Baca : perjuangan)
menewaskan lebih dari 5.500 orang sejak tahun 2004.
“Kami yakin bahwa
insiden ini adalah perbuatan gerilyawan yang ingin menunjukkan kekuasaan mereka
dan untuk mendiskreditkan pemerintah,” kata Somchai Panomuppakarn, wakil ketua
penyelidik kepolisian kota Narathiwat.
Tetapi Perdana
Menteri Yingluck Shinawatra membantah pernyataan itu, dan mengatakan penghentian
serangan membutuhkan waktu.
“Bom-bom ini adalah
satu hal yang biasa terjadi, itu bukan pembalasan terhadap pemerintah.
Penandatanganan perjanjian kemarin bukan berarti bahwa aksi kekerasan akan
segera berhenti,” katanya kepada wartawan.
Seorang pria
berusia 66 tahun berada dalam kondisi kritis akibat cedera kena pecahan bom dan
mukanya terbakar setelah ledakan Jumat yang juga mencederai empat wanita dan
seorang tentara.
Pemberontakan yang
menuntut otonomi lebih luas melanda beberapa provinsi selatan yang berbatasan
dengan Malaysia selama sembilan tahun– dengan hampir setiap hari terjadi
penembakan dan ledakan bom.
Perdana Menteri
Malaysia Najib Razak Kamis mengatakan negaranya akan menjadi tuan rumah
perundingan antara pemerintah Thailand dan kelompok gerilyawan di Kuala Lumpur
dalam dua pekan, setelah diskusi-diskusi dengan Yingluck berada di Malaysia
untuk pertemuan bilateral tahunan.
Lima Tentara Kafir
Musyrik Tewas Akibat Bom Mobil Di Thailand Selatan, Allahu Akbar!
Sementara itu, lima
tentara kafir musyrik Thailand tewas pada Minggu (24/03/2013) akibat serangan
bom mobil, yang diduga dilakukan gerilyawan (Baca : Mujahidin), di provinsi
Thailand selatan, kata polisi.
Bom itu, yang juga
mencederai seorang tentara, meledak ketika kendaraan pasukan keamanan melakukan
patroli di desa Yala, salah satu dari provinsi berpenduduk mayoritas Muslim di
dekat perbatasan dengan Malaysia.
“Sekitar 10
gerilyawan diperkirakan bersembunyi dekat lokasi itu dan meledakkan bom yang
diletakkan dalam satu mobil lainnya,” kata Mayor Polisi Torphan Phusuntiae
kepada AFP melalui telepon.
Torphan mengatakan
tentara-tentara itu jadi target karena mereka secara reguler menerima informasi
dan petunjuk dari penduduk desa tentang keberadaan gerilyawan (Baca : Mujahidin).
Satu kelompok
gerilyawan (Baca : Mujahidin) yang menuntut otonomi lebih luas melakukan
pemberontakan (Baca : Perjuangan) di Thailand selatan dekat perbatasan dengan
Malaysia sejak tahun 2004, menewaskan lebih dari 5.300 orang dari kelompok
Muslim dan Buddha.
Para anggota
pasukan keamanan Thailand sering jadi target serangan-serangan dan bom di
pinggir jalan, sementara para warga sipil yang bekerja sama dengan pihak
berwenang Thailand juga secara rutin jadi sasaran pembunuhan.
Pemerintah Kafir Musyrik
Thailand Terus Upayakan Perdamaian
Pemerintah kafir
musyrik Thailand kini terus mengupayakan perdamaian sebagai upaya mengelak dari
serangan Mujahidin. Dikabarkan, pemerintah kafir musyrik Thailand dan satu
kelompok penting gerilyawan yang beroperasi di daerah selatan akan memulai
perundingan damai pada Kamis untuk menghentikan aksi kekerasan yang telah
menewaskan 5.500 orang lebih dalam sembilan tahun.
Perundingan antara
para pejabat Thailand dan kelompok gerilyawan Barisan Revolusi Nasional (BRN) akan
diselenggarakan di satu tempat di Ibu Kota Malaysia, Kuala Lumpur.
Para perunding
Thailand ingin gerilyawan menghentikan serangan terhadap sasaran sipil supaya
mereka yakin bahwa mereka berunding dengan pemimpin gerilyawan yang dapat
mengendalikan para petempur di lapangan.
“Kami ingin melihat
serangan terhadap sasaran lunak dihentikan, terutama bom-bom yang berdampak
pada warga sipil tidak bersalah,” kata Kepala Dewan Nasional Keamanan Thailand,
Paradorn Pattanatabut, kepada AFP.
Ia mengatakan ia
“100 persen” yakin pihak berwenang Thailand akan berunding dengan orang yang
tepat, tetapi menambahkan para pejabat mungkin mencari para perunding
gerilyawan lainnya jika aksi kekerasan itu tidak segera berhenti.
Para biksu dan guru
sering jadi sasaran pembunuhan di daerah selatan yang rawan sementara puluhan
sekolah telah dibakar oleh gerilyawan karena hubungan mereka dengan negara
Thailand.
Masalah-masalah
tetap ada menyangkut kemampuan para pemimpin lebih tua gerilyawan untuk
mengekang serangan-serangan oleh generasi lebih muda yang terorganisasi dengan
baik yang beroperasi di provinsi-provinsi selatan yang berbatasan dengan
Malaysia.
“Mereka terbagi
dalam gerakan prajurit ‘yang tidak terlihat’ dan para pemimpin terkemuka di
pengasingan,” kata Gotham Arya dari Institute of Human Rights and Peace Studies
di Universitas Mahidol.
Ia menambahkan,
perundingan “intra-gerakan” diperlukan untuk menjembatani perbedaan di kalangan
kelompok gerilyawan untuk mewujudkan perdamaian.
Satu kelompok
gerilyawan dipersalahkan atas aksi kekerasan yang terjadi hampir setiap hari,
termasuk ledakan bom dan serangan senjata api, namun identitas dan struktur
kelompok itu tidak banyak diketahui.
Malaysia telah
menjadi tuan rumah perundingan antara Filipina dan kelompok gerilyawan Muslim
di selatan negara itu yang menghasilkan satu perjanjian bersejarah Oktober lalu
yang betujuan menghentikan pemberontakan puluhan tahun di sana.
Konflik Thailand
yang bermula pada Januari 2004 telah menewaskan 5.500 orang, terutama di tiga
provisi paling selatan Thailand yang berpenduduk mayoritas Muslim yaitu Yala, Pattani
dan Narathiwat.
Pemberontakan itu
berakar pada kebencian warga Melayu lama terhadap pemerintah Thailand ketika
Bangkok menganeksasi wilayah itu tahun 1902.
Berbicara
perjuangan Islam di Asia Tenggara, tentu tidak akan melepaskan Muslim Pattani,
Thailand. Pattani bisa dikatakan bernasib seperti Palestina di Timur Tengah.
Dan jika Palestina dijajah oleh Israel, maka Muslim Pattani ditindas oleh
Thailand.
Pattani Darussalam,
Bumi Jihad Yang Terlupakan
Tentu saja, tidak
mudah menawarkan perdamaian di Thailand bagian selatan, khususnya di Pattani.
Hal ini dikarenakan bagi penduduk Muslim di sana, jihad adalah satu-satunya
untuk mebebaskan Pattani dari cengkraman kafir musyrik Buddha pemerintahan keji
Thailand. Untuk itu, mereka (Baca : Mujahidin) biasa menyebut Pattani dengan
Pattani Darussalam.
Dahulu, Muslim
Pattani adalah sebuah kerajaan Islam. Pada tahun 1457, daerah Patani—sekarang
menjadi Pattani—berpenduduk mayoritas Melayu Muslim. Kondisi Patani saat itu
persis dengan beberapa wilayah sekitarnya seperti Perlis, Kelantan, dan lainnya
yang terletak di Malaysia.
Tahun 1875,
Thailand pertama kali datang ke Patani dan langsung menduduki daerah itu.
Kedatangan Inggris ke Semenanjung Malaka menghasilkan perjanjian dengan
Thailand, yaitu Patani dikuasai oleh Thailand dan Perlis dan wilayah lainnya
dimiliki oleh Inggris. Kemudian hari Inggris menyebut daerah jajahannya dengan
sebutan Malaysia.
Muslim Patani saat
itu dipaksa untuk menjadi bagian dari Thailand atau ketika itu masih bernama
kerajaan Siam. Namun, karena kependudukan itu, tak pelak terjadi pergolakan di
daerah Pattani sampai sekarang. Sebuah reaksi yang wajar karena Muslim Pattani
terus melawan para penjajah itu dan kemudian melancarkan jihad fie sabilillah
untuk membebaskan Pattani dari cengkraman kafir musyrik Buddha, Thailand.
Kaum Muslimin
Pattani Dibantai Kafir Musyrik Thailand
Penderitaan yang
dialami oleh warga Muslim di Thailand Selatan sebenarnya telah berlangsung
selama bertahun-tahun. Warga minoritas Muslim tidak bisa hidup tenang karena
berada di bawah bayang-bayang kecemasan dan drama kehidupan yang mencekam.
Selama ini sudah
terjadi banyak pertumpahan darah di bumi Patani. Pembantaian Muslim Pattani
hampir sama persis seperti yang terjadi di negara-negara Muslim terjajah
lainnya. Misalnya saja, para Muslim Pattani dibunuh ketika sedang shalat di
masjid. Selama ini tragedi berdarah di Pattani hampir jarang terdengar, ini
karena pemerintah Thailand memang membatasi dan menguasai semua arus informasi
tentang Pattani. Misalnya saja, orang banyak yang menganggap bahwa konflik
Pattani hanya sebuah masalah internal Thailand.
Jihad, Satu-Satunya
Solusi Untuk Pattani Darussalam
Melihat sejarah dan
perjuangan panjang kaum Muslimin di Pattani, Thailand sedari dulu hingga kini,
maka Mujahidin Pattani saat ini menganggap bahwa hanya Jihad sebagai satu-satunya
solusi untuk membebaskan tanah Muslim Pattani Darussalam, Thailand, dan bukan
jalan damai, untuk kemudian diterapkan syariat Islam secara sempurna di sana.
Dalam sebuah
wawancara dengan Mujahidin Pattani Darussalam, dijelaskan bahwa keinginan
mereka saat ini adalah sebuah Daulah Islamiyyah yang benar-benar mengikuti
acuan Al-Quran dan As-Sunnah. Dengan demikian, segala daya upaya pemerintahan
kafir musyrik Thailand untuk memprakarsai perdamaian semu di Pattani, niscaya
tidak akan pernah berhasil. Wallahu’alam bis showab!
Semoga Allah SWT
memudahkan urusan Mujahidin Pattani dan memenangkan mereka atas kafir Musyrik
Thailand. Allahu Akbar!
ไม่มีความคิดเห็น:
แสดงความคิดเห็น