วันจันทร์ที่ 15 เมษายน พ.ศ. 2556

SOLUSI MUSLIM THAILAND, DAMAI ATAU JIHAD?



NARATHIWAT-Sebuah ledakan bom mengguncang bumi jihad Thailand, pasca sebuah perjanjian damai ditandatangani. Enam orang cedera akibat ledakan bom yang diletakkan di sepeda motor di Provinsi Narathiwat Thailand Selatan, Jumat (22/03/2013). Inikah tanda bahwa perdamaian tidak akan mungkin terjadi di bumi jihad Thailand?

Ledakan itu terjadi sehari setelah pemerintah Thailand setuju melakukan perundingan dengan Barisan Revolusi Nasional (BRN), bagian dari kelompok-kelompok gerilyawan di selatan yang berpenduduk mayoritas Muslim dan mana pemberontakan (Baca : perjuangan) menewaskan lebih dari 5.500 orang sejak tahun 2004.

“Kami yakin bahwa insiden ini adalah perbuatan gerilyawan yang ingin menunjukkan kekuasaan mereka dan untuk mendiskreditkan pemerintah,” kata Somchai Panomuppakarn, wakil ketua penyelidik kepolisian kota Narathiwat.

Tetapi Perdana Menteri Yingluck Shinawatra membantah pernyataan itu, dan mengatakan penghentian serangan membutuhkan waktu.

“Bom-bom ini adalah satu hal yang biasa terjadi, itu bukan pembalasan terhadap pemerintah. Penandatanganan perjanjian kemarin bukan berarti bahwa aksi kekerasan akan segera berhenti,” katanya kepada wartawan.

Seorang pria berusia 66 tahun berada dalam kondisi kritis akibat cedera kena pecahan bom dan mukanya terbakar setelah ledakan Jumat yang juga mencederai empat wanita dan seorang tentara.


Pemberontakan yang menuntut otonomi lebih luas melanda beberapa provinsi selatan yang berbatasan dengan Malaysia selama sembilan tahun– dengan hampir setiap hari terjadi penembakan dan ledakan bom.

Perdana Menteri Malaysia Najib Razak Kamis mengatakan negaranya akan menjadi tuan rumah perundingan antara pemerintah Thailand dan kelompok gerilyawan di Kuala Lumpur dalam dua pekan, setelah diskusi-diskusi dengan Yingluck berada di Malaysia untuk pertemuan bilateral tahunan.

Lima Tentara Kafir Musyrik Tewas Akibat Bom Mobil Di Thailand Selatan, Allahu Akbar!

Sementara itu, lima tentara kafir musyrik Thailand tewas pada Minggu (24/03/2013) akibat serangan bom mobil, yang diduga dilakukan gerilyawan (Baca : Mujahidin), di provinsi Thailand selatan, kata polisi.

Bom itu, yang juga mencederai seorang tentara, meledak ketika kendaraan pasukan keamanan melakukan patroli di desa Yala, salah satu dari provinsi berpenduduk mayoritas Muslim di dekat perbatasan dengan Malaysia.

“Sekitar 10 gerilyawan diperkirakan bersembunyi dekat lokasi itu dan meledakkan bom yang diletakkan dalam satu mobil lainnya,” kata Mayor Polisi Torphan Phusuntiae kepada AFP melalui telepon.

Torphan mengatakan tentara-tentara itu jadi target karena mereka secara reguler menerima informasi dan petunjuk dari penduduk desa tentang keberadaan gerilyawan (Baca : Mujahidin).

Satu kelompok gerilyawan (Baca : Mujahidin) yang menuntut otonomi lebih luas melakukan pemberontakan (Baca : Perjuangan) di Thailand selatan dekat perbatasan dengan Malaysia sejak tahun 2004, menewaskan lebih dari 5.300 orang dari kelompok Muslim dan Buddha.

Para anggota pasukan keamanan Thailand sering jadi target serangan-serangan dan bom di pinggir jalan, sementara para warga sipil yang bekerja sama dengan pihak berwenang Thailand juga secara rutin jadi sasaran pembunuhan.

Pemerintah Kafir Musyrik Thailand Terus Upayakan Perdamaian

Pemerintah kafir musyrik Thailand kini terus mengupayakan perdamaian sebagai upaya mengelak dari serangan Mujahidin. Dikabarkan, pemerintah kafir musyrik Thailand dan satu kelompok penting gerilyawan yang beroperasi di daerah selatan akan memulai perundingan damai pada Kamis untuk menghentikan aksi kekerasan yang telah menewaskan 5.500 orang lebih dalam sembilan tahun.

Perundingan antara para pejabat Thailand dan kelompok gerilyawan Barisan Revolusi Nasional (BRN) akan diselenggarakan di satu tempat di Ibu Kota Malaysia, Kuala Lumpur.

Para perunding Thailand ingin gerilyawan menghentikan serangan terhadap sasaran sipil supaya mereka yakin bahwa mereka berunding dengan pemimpin gerilyawan yang dapat mengendalikan para petempur di lapangan.

“Kami ingin melihat serangan terhadap sasaran lunak dihentikan, terutama bom-bom yang berdampak pada warga sipil tidak bersalah,” kata Kepala Dewan Nasional Keamanan Thailand, Paradorn Pattanatabut, kepada AFP.

Ia mengatakan ia “100 persen” yakin pihak berwenang Thailand akan berunding dengan orang yang tepat, tetapi menambahkan para pejabat mungkin mencari para perunding gerilyawan lainnya jika aksi kekerasan itu tidak segera berhenti.

Para biksu dan guru sering jadi sasaran pembunuhan di daerah selatan yang rawan sementara puluhan sekolah telah dibakar oleh gerilyawan karena hubungan mereka dengan negara Thailand.

Masalah-masalah tetap ada menyangkut kemampuan para pemimpin lebih tua gerilyawan untuk mengekang serangan-serangan oleh generasi lebih muda yang terorganisasi dengan baik yang beroperasi di provinsi-provinsi selatan yang berbatasan dengan Malaysia.

“Mereka terbagi dalam gerakan prajurit ‘yang tidak terlihat’ dan para pemimpin terkemuka di pengasingan,” kata Gotham Arya dari Institute of Human Rights and Peace Studies di Universitas Mahidol.

Ia menambahkan, perundingan “intra-gerakan” diperlukan untuk menjembatani perbedaan di kalangan kelompok gerilyawan untuk mewujudkan perdamaian.

Satu kelompok gerilyawan dipersalahkan atas aksi kekerasan yang terjadi hampir setiap hari, termasuk ledakan bom dan serangan senjata api, namun identitas dan struktur kelompok itu tidak banyak diketahui.

Malaysia telah menjadi tuan rumah perundingan antara Filipina dan kelompok gerilyawan Muslim di selatan negara itu yang menghasilkan satu perjanjian bersejarah Oktober lalu yang betujuan menghentikan pemberontakan puluhan tahun di sana.

Konflik Thailand yang bermula pada Januari 2004 telah menewaskan 5.500 orang, terutama di tiga provisi paling selatan Thailand yang berpenduduk mayoritas Muslim yaitu Yala, Pattani dan Narathiwat.

Pemberontakan itu berakar pada kebencian warga Melayu lama terhadap pemerintah Thailand ketika Bangkok menganeksasi wilayah itu tahun 1902.

Berbicara perjuangan Islam di Asia Tenggara, tentu tidak akan melepaskan Muslim Pattani, Thailand. Pattani bisa dikatakan bernasib seperti Palestina di Timur Tengah. Dan jika Palestina dijajah oleh Israel, maka Muslim Pattani ditindas oleh Thailand.

Pattani Darussalam, Bumi Jihad Yang Terlupakan

Tentu saja, tidak mudah menawarkan perdamaian di Thailand bagian selatan, khususnya di Pattani. Hal ini dikarenakan bagi penduduk Muslim di sana, jihad adalah satu-satunya untuk mebebaskan Pattani dari cengkraman kafir musyrik Buddha pemerintahan keji Thailand. Untuk itu, mereka (Baca : Mujahidin) biasa menyebut Pattani dengan Pattani Darussalam.

Dahulu, Muslim Pattani adalah sebuah kerajaan Islam. Pada tahun 1457, daerah Patani—sekarang menjadi Pattani—berpenduduk mayoritas Melayu Muslim. Kondisi Patani saat itu persis dengan beberapa wilayah sekitarnya seperti Perlis, Kelantan, dan lainnya yang terletak di Malaysia.

Tahun 1875, Thailand pertama kali datang ke Patani dan langsung menduduki daerah itu. Kedatangan Inggris ke Semenanjung Malaka menghasilkan perjanjian dengan Thailand, yaitu Patani dikuasai oleh Thailand dan Perlis dan wilayah lainnya dimiliki oleh Inggris. Kemudian hari Inggris menyebut daerah jajahannya dengan sebutan Malaysia.

Muslim Patani saat itu dipaksa untuk menjadi bagian dari Thailand atau ketika itu masih bernama kerajaan Siam. Namun, karena kependudukan itu, tak pelak terjadi pergolakan di daerah Pattani sampai sekarang. Sebuah reaksi yang wajar karena Muslim Pattani terus melawan para penjajah itu dan kemudian melancarkan jihad fie sabilillah untuk membebaskan Pattani dari cengkraman kafir musyrik Buddha, Thailand.

Kaum Muslimin Pattani Dibantai Kafir Musyrik Thailand

Penderitaan yang dialami oleh warga Muslim di Thailand Selatan sebenarnya telah berlangsung selama bertahun-tahun. Warga minoritas Muslim tidak bisa hidup tenang karena berada di bawah bayang-bayang kecemasan dan drama kehidupan yang mencekam.

Selama ini sudah terjadi banyak pertumpahan darah di bumi Patani. Pembantaian Muslim Pattani hampir sama persis seperti yang terjadi di negara-negara Muslim terjajah lainnya. Misalnya saja, para Muslim Pattani dibunuh ketika sedang shalat di masjid. Selama ini tragedi berdarah di Pattani hampir jarang terdengar, ini karena pemerintah Thailand memang membatasi dan menguasai semua arus informasi tentang Pattani. Misalnya saja, orang banyak yang menganggap bahwa konflik Pattani hanya sebuah masalah internal Thailand.

Jihad, Satu-Satunya Solusi Untuk Pattani Darussalam

Melihat sejarah dan perjuangan panjang kaum Muslimin di Pattani, Thailand sedari dulu hingga kini, maka Mujahidin Pattani saat ini menganggap bahwa hanya Jihad sebagai satu-satunya solusi untuk membebaskan tanah Muslim Pattani Darussalam, Thailand, dan bukan jalan damai, untuk kemudian diterapkan syariat Islam secara sempurna di sana.

Dalam sebuah wawancara dengan Mujahidin Pattani Darussalam, dijelaskan bahwa keinginan mereka saat ini adalah sebuah Daulah Islamiyyah yang benar-benar mengikuti acuan Al-Quran dan As-Sunnah. Dengan demikian, segala daya upaya pemerintahan kafir musyrik Thailand untuk memprakarsai perdamaian semu di Pattani, niscaya tidak akan pernah berhasil. Wallahu’alam bis showab!

Semoga Allah SWT memudahkan urusan Mujahidin Pattani dan memenangkan mereka atas kafir Musyrik Thailand. Allahu Akbar!

ไม่มีความคิดเห็น:

แสดงความคิดเห็น