Thai Restaurant dan Patani Muslim adalah dua frasa yang hampir
tidak bisa dipisahkan. Mengapa? Sebab di mana ada restoran, kafe atau rumah
makan Thai, di situ bisa dijumpai orang Islam asal Patani. Di samping itu,
rumah makan (RM) itu merupakan wadah bagi mereka berkumpul, mencari dan
menyebarkan informasi. Atau, mengobrol berbagai masalah tentang kondisi sosial,
ekonomi dan politik yang sedang melanda kaum, wilayah dan negara mereka.
Dengan demikian, RM itu menjadi lembaga sosial untuk membangun
kerjasama dan solidaritas sesama orang Patani di perantauan, atau antara mereka
yang tinggal di rantau dengan keluarga mereka di wilayah selatan Thailand. Arti
penting lain dari keberadaan RM Thai ala Patani Muslim di Malaysia, sebagai
sumber ekonomi orang atau pendatang Patani di negeri jiran itu. Konon,
keberadaan orang Patani di Malaysia mendapatkan kemudahan dari pemerintah atau
kerajaan karena sama-sama puak Melayu dan beragama Islam.
Bagi orang Melayu di Malaysia ataupun masyarakat Malaysia umumnya,
RM Thai telah melekat dengan kehidupan harian mereka. Banyak orang Melayu dan
etnis lain di Malaysia menjadikan RM Thai ala Patani Muslim itu sebagai tempat
makan siang, selain RM India Muslim dengan nasi kandar dan rote canainya. Atau,
kedai milik orang Melayu yang dikenal dengan laksa, nasi ayam, nasi kerabu dan
nasi lemaknya. Bahkan di tempat itu pula, orang Melayu biasa makan malam
bersama keluarga. Paling tidak, ada dua alasan mengapa demikian.
Pertama, RM Thai tersebar di mana-mana baik di kota metropolis seperti
Kuala Lumpur maupun kota kecil di wilayah distrik dan di kampung khususnya di
kawasan utara Semenanjung Malaysia. Agar tidak membuat ragu konsumen, RM Thai
biasanya mencantumkan tulisan di depannya `rumah makan muslim `, sehingga orang
Islam merasa terjamin kehalalan makanan yang akan disantap.
Kedua, masakan Thai ala Patani Muslim dengan dominasi bumbu racikan
bawang prei, lombok hijau, lengkuas dan sereh, memiliki cita rasa berbeda
dengan masakan bikinan (sub)etnis lainnya. Selain disajikan berbagai menu
makanan berkuah seperti tom yam, sop ayam, sop daging, sop tulang, sop ekor,
sop campur cumi-cumi dan udang, disajikan berbagai jenis nasi goreng. Bahkan
kalau ingin menikmati ikan asin bersayur pun, pelanggan bisa memesannya di kafe
tersebut.
Kedatangan orang Patani ke Malaysia secara besar-besaran setelah
Raja Siam dari Dinasti Chakri, Rama I, menaklukkan Kerajaan Patani pada 1786.
Sebagaimana dikutip berita Islam Human Right Commission (2007), Sir Francis
Light yang pernah tinggal di Penang (Malaysia) dalam suratnya kepada Gobernur
Jenderal Inggris di India, Lord Cornwalls, menyebutkan, penaklukan atas Patani
saat itu diikuti pembunuhan besar-besaran terhadap lelaki, perempuan tua dan
anak-anak. Sekitar 4.000 lelaki dikirim sebagai budak ke ibukota Ayuthia,
selanjutnya dipekerjakan untuk membangun ibukota yang baru, Bangkok. Akibat
penaklukan itu, ribuan keluarga melarikan diri ke negara tetangga (Malaysia),
terutama Kedah.
Perpindahan orang Patani ke Malaysia khususnya ke bagian utara
Semenanjung seperti Kedah, Perlis, Kelantan, Trengganu dan Perak, terus
berlangsung hingga kini. Dulunya, kebanyakan migran bekerja sebagai petani,
penangkap ikan atau kerja di kapal. Sekarang banyak pemuda Patani belajar di
perguruan tinggi di Malaysia, bekerja di perkebunan karet dan kelapa sawit, di
kilang atau membuka usaha sendiri seperti RM. Dengan demikian, faktor politik,
sosio-kultural dan ekonomi merupakan pendorong utama migrasi atau penghijrahan
orang Patani ke Malaysia.
Secara historis, Patani adalah Kerajaan Melayu Islam yang berangsur
menggantikan Kerajaan Melayu Kuno Langkasuka yang berkuasa sekitar abad ke-2
sampai abad ke-13. Menurut catatan Tome Pires, seorang pengembara dari
Portugis, Kerajaan Patani berdiri pada 1390-an, dan menguasai beberapa Kerajaan
Islam di Semenanjung (Kedah, Trengganu, Kelantan dan Perlis) dan Kerajaan Siam
yang beragama Budha. Hal itu dikaitkan dengan bukti, Kerajaan Siam pernah
mempunyai hubungan dengan Kerajaan Patani.
Konfliks dan pergolakan di wilayah Patani Raya yang meliputi
Provinsi Yala, Narathiwat, Patani dan Satun di wilayah selatan Thailand, hingga
kini masih berlangsung. Oleh karena itu, kondisi di empat wilayah tersebut
cukup menegangkan. Sebagian penduduk merasa tidak aman tinggal di kampung
mereka. Nyawa mereka sewaktu-waktu bisa saja melayang akibat peluru yang
ditembakan militer Thailand, atau dari pejuang kemerdekaan Patani.
Selain sebuah kerajaan beragama Islam, Patani terkenal dengan
sekolah pondoknya dan pernah menjadi salah satu pusat belajar Agama Islam di
Tanah Melayu. Di situ pula berkubur ulama sufi terkenal abad ke-18, Syeikh
Abdusamad al-Palembangi. Beberapa ulama terkenal dari Patani telah lama
menuntut ilmu agama (Islam) di Makkah, mengajar agama di Patani dan di wilayah
Kerajaan Malaysia, seperti Kedah, Kelantan dan Trengganu.
Di antara ulama termasyhur yang berasal dari Patani adalah Syeikh
Wan Daud bin Abdullah al-Patani, Syeikh Haji Wan Mustafa bin Muhammad
al-Patani, Syeikh Abdul Qadir al-Patani, Syeikh Wan Ismail al-Fatani. Wan Daud
bin Abdullah al-Patani pernah belajar di Makkah bersama dan seangkatan dengan
ulama besar Nusantara yang berasal dari Martapura, Syeikh Muhammad Arsyad
al-Banjari.
Patani Muslim memiliki sejarah perjalanan hidup yang panjang.
Menjadi salah satu pusat belajar Agama Islam di Tanah Melayu. Memiliki beberapa
ulama terkenal. Ikut mewarnai keberadaan RM muslim di Malaysia dengan masakan
khas yang berbeda dengan makanan bikinan orang Melayu, India dan Cina.
ไม่มีความคิดเห็น:
แสดงความคิดเห็น